Laporan Hasil Observasi Kelas Rangkap



LAPORAN HASIL OBSERVASI
PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP
Fokus Penelitian pada kreatifitas guru dalam Pengelolaan kelas






 










LATAR BELAKANG
Pembelajaran Kelas Rangkap (yang selanjutnya disingkat menjadi PKR) diadakan karena berbagai alasan yang kurang mendukung. Alasan diadakannya PKR yaitu karena keadaan geografis demografis, kurangnya guru, terbatasnya ruang kelas, dan dikarenakan ketidakhadiran guru didalam kelasnya dikarenakan sakit atau keperluan lainnya (Djalil, 2005). PKR adalah pembelajaran yang mempersyaratkan satu guru berada pada satu ruang yang sama dengan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda tentunya dengan kecepatan belajar yang berbeda pula.
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru tidak setiap hari dapat hadir di sekolah. Ada kalanya, guru berhalangan untuk hadir ke sekolah sehingga tidak dapat melakukan pembelajaran seperti biasanya. Disebabkan guru yang berhalangan hadir akan berdampak pada pemenuhan hak peserta didik di sekolah.
Pada akhirnya PKR tidak dapat dihindarkan. Kelas rangkap menjadi keharusan karena tuntutan pemenuhan kebutuhan peserta didik untuk belajar. Guru harus mengusahakan agar waktu ketika peserta didik berada di lingkungan sekolah tidak terbuang sia-sia. Pembelajaran harus berjalan dengan semestinya. Pendidik bertanggung jawab untuk memenuhi hak belajar peserta didik. Walaupun dilakukan karena menjadi pilihan terakhir, pendidik dapat melihat PKR melalui perspektif lain dari segi kebermanfaatanya, melalui PKR dapat membantu pendidik untuk lebih kreatif dan profesional.

KASUS YANG DITELITI
       Berdasarkan pengamatan di lapangan pada tanggal 22 November 2017. Di sekolah tersebut hanya ada 4 pendidik yang hadir, menurut jawaban dari kepala sekolah ketika diwawancarai  pendidik tidak setiap harinya bisa datang untuk mengajar karena berbagai alasan yang dapat diterima. Mengingat banyaknya pendidik yang mengajar, terdapat pendidik yang merangkap mengajar di sekolah lain untuk memenuhi jam pelajaran yang sudah ditentukan. Selain itu beberapa pendidik masih dalam proses perkuliahan menyelesaikan studi untuk strata S1 juga sering izin. Kebetulan bertepatan dengan waktu pengamatan beberapa guru  berhalangan untuk mengajar dikarenakan harus mendampingi peserta didik melakukan seleksi untuk mengikuti lomba O2SN sehingga hanya 4 pendidik yang berada di sekolah.  
     Apabila ada dua atau lebih kelas yang kosong pada saat jam pembelajaran pendidik terpaksa merangkap mengisi dua kelas sekaligus. Cara mengajar pendidik bukan dengan menjadikan dua tingkatan kelas yang berbeda menjadi satu ruang melainkan dengan cara bergilir. Selain karena jumlah peserta didik tiap tingkatnya yang banyak juga karena pendidik belum begitu paham mengenai pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap. Seperti yang terjadi dilapangan, peneliti tiba di sekolah sudah pukul 07.30 dimana proses pembelajaran telah dimulai. Setelah meminta izin kepada kepala sekolah kami langsung melihat pada subjek penelitian yaitu pada kelas 4 dan kelas 5 karena menurut informasi dari kepala sekolah guru kelas 4 merangkap mengajar kelas 5.
      Guru terlalu terpaku pada pembelajaran di kelas 4, ketika ditanya mengapa seperti itu narasumber menjawab bahwa pembelajaran tematik sulit untuk ditinggal-tinggalkan karena pembelajaran fokus pada kegiatan siswA dalam pembelajaran. Lebih lanjut guru menjelaskan bahwa ketika masih menggunakan KTSP beliau masih bisa menyampaikan materi pada dua kelas yang berbeda tapi tidak untuk tahun ajaran ini. Guru masih dalam proses mendalami pembelajaran tematik itu sendiri yang mengakibatkan guru hanya terfokus pada kelas 4 saja padahal guru juga harus memberikan pembelajaran pada kelas 4. Karena beberapa alasan yang telah disampaikan guru kesulitan untuk melakukan pengelolaan kelas dan melakukan pembelajaran dalam dua kelas sekaligus.
           
SOLUSI PEMECAHAN MASALAH
        Permasalahan guru yang mengalami kendala sehingga tidak dapat mengajar di kelas merupakan masalah yang tidak dapat diprediksi dari awal. Ketika guru tidak bisa memenuhi tugasnya, membuat siswa yang harusnya mendapatkan pembelajaran “dititipkan” kepada guru yang hadir. Apabila guru tidak mampu memberikan pembelajaran pada dua tingkatan kelas sekaligus maka siswa tidak menerima pembelajaran secara optimal, guru harus mampu melakukan pengelolaan kelas dengan baik.
         Di dalam kelas guru merupakan penentu berhasil atau tidaknya sebuah proses pembelajaran. Tugas utama guru adalah memberikan pengetahuan (cognitive), sikap dan nilai (affective), dan keterampilan (psychometer) kepada anak didik (Idris, Zahara. 1986: 76). Memberikan pengetahuan pada praktiknya adalah dengan menjelaskan materi yang ada buku pelajaran dan melakukan interaksi dengan siswa untuk menjelaskan kembali materi yang tidak dipahami siswa dan  menjawab segala rasa ingin tahu siswa.  Jadi bagaimapun keadaannya guru harus mampu mengelola kelas dan melakukan tugasnya dengan optimal
         Djamarah (2016: 174) mengartikan pengelolaan kelas sebagai suatu guru yang tidak pernah ditinggalkan. Guru selalu mengelola kelas ketika dia melaksanakan tugasnya. Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak didik sehingga tercapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Ketika kelas terganggu guru berusaha mengembalikan agar tidak menjadi penghalang bagi proses belajar mengajar. Pengelolaan kelas dilakukan dengan sengaja oleh guru demi kemudahan guru melakukan pembelajaran.
        Sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Djamarah guru harus menciptakan kondisi yang kondusif dalam kelas agar siswa tetap tenang, walaupun hanya diberikan tugas paling tidak guru harus memantau siswanya dari dekat maupun jarak jauh agar siswa merasa mereka diawasi dan tetap belajar tanpa menimbulkan keributan yang bisa mengganggu proses belajar yang sedang berlangsung. Jadi guru dapat mengontrol dua kelas sekaligus. Walaupun tidak secara langsung guru dapat menunjukkannya dengan gestur tubuh.
         Kreatifitas guru sangat penting untuk menghadapi permasalahan yang timbul mendadak, yang dalam hal ini adalah ketidakhadiran guru yang mengharuskan guru mengajar secata bergilir. Sebenarnya peran guru sebagai pendidik dan pengajar memiliki tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Akan tetapi lebih dari itu guru harus berusaha untuk menanamkan motivasi belajar pada siswa agar mereka memiliki semangat tinggi dalam mengikuti pelajaran. Karena semangat belajar yang tinggi dalam diri siswa akan mempermudah guru dalam pengelolaan kelas.
 
DAFTAR PUSTAKA
Djalil, A., dkk. 2005. Pembelajaran Kelas Rangkap, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta : Universitas Terbuka.  


Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Idriz, Zahara. 1986. Dasar-dasar Kependidikan. Bandung: Angkasa


No comments

Powered by Blogger.