Makalah Filsafat Ilmu Obyek Ilmu dan Metode Pengembangan Ilmu
OBYEK ILMU DAN METODE PENGEMBANGAN ILMU
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas segala rahmat-NYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai.
Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima
kasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontibusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena
itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah.
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL ...................................................................................................... |
i |
KATA PENGANTAR ................................................................................. |
ii |
DAFTAR ISI ................................................................................................ |
iii |
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ |
1 |
A. Latar
Belakang Masalah .................................................................... |
1 |
B. Rumusan Masalah ............................................................................. |
2 |
C. Tujuan
Penulisan ............................................................................... |
2 |
D. Manfaat Penulisan ............................................................................. |
2 |
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. |
3 |
A. Ilmu
................................................................................................... |
3 |
B. Obyek
Ilmu ....................................................................................... |
3 |
1. Obyek Material
............................................................................ |
4 |
2. Obyek
Formal ............................................................................. |
5 |
C. Metode
Pengembangan Ilmu ............................................................ |
6 |
D. Metode
Ilmiah ................................................................................... |
8 |
BAB III PENUTUP
..................................................................................... |
10 |
A. Simpulan ........................................................................................... |
10 |
DAFTAR PUSTAKA
.................................................................................. |
11 |
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan berkembang seiring
dengan perkembangan kebudayaan manusia yang berlangsung secara bertahap.
Melalui ilmu pengetahuan kita dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia
agar bisa bersaing dengan bangsa lain, maka pendidikan adalah kunci utama dalam
menghadapi tantangan tersebut. Melalui pendidikan kita dapat menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas.
Manusia mempunyai seperangkat
pengetahuan yang bisa membedakan antara benar dan salah, baik dan buruk serta
indah dan jelek. Kemampuan penalaran yang dimiliki manusia dapat mengembangkan
pengetahuan dengan cepat dan pengetahuan manusia senantiasa berubah, semakin
dinamis, progresif dan inovatif. Sebagaimana hal tersebut, ilmu pengetahuan
bukanlah sesuatu hal yang sudah selesai terpikirkan, sesuatu hal yang tidak
pernah mutlak, sebab selalu akan disisihkan oleh hasil-hasil penelitian dan
percobaan-percobaan baru yang dilakukan dengan metode- metode baru atau karena
adanya perlengkapan-perlengkapan yang lebih sempurna. Oleh sebab itu, makalah
ini menyajikan pembahasan singkat mengenai obyek ilmu dan metode pengembangan
ilmu pengetahuan dari perspektif filsafat yang bertujuan untuk memberikan pemahaman
mengenai metode-metode pengembangan ilmu pengetahuan guna mendorong
penemuan-penemuan baru yang bermanfaat untuk semua orang.
.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat diambil adalah:
1. Apakah yang dimaksud dengan
obyek ilmu?
2. Bagaimana metode pengembangan ilmu?
C. Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah ini tentunya
tujuan yang diharapkan ialah mahasiswa dapat memahami dan menambah wawasan
dalam mengetahui obyek ilmu dan metode pengembangan ilmu.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah
ini, mahasiswa diharapkan mengetahui apa yang dimaksud dengan obyek ilmu dan
mampu memahami apa saja yang menjadi
bagian obyek ilmu. Mahasiswa juga diharapkan mengetahui apa saja dan bagaimana metode pengembangan ilmu.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Ilmu
Ilmu menurut
The Liang Gie (dalam Surajiyo, 2010: 59) adalah
rangkaian aktivitas penelaahan yang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemahaman secara rasional
empiris mengenai dunia ini dalam berbagai seginya, dan keseluruhan
pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang ingin dimengerti
manusia. Selanjutnya menurut Sumarna (dalam A. Susanto, 2011: 77), ilmu
dihasilkan dari pengetahuan ilmiah, yang berangkat dari panduan proses berpikir
deduktif dan induktif. Jadi proses
berpikir inilah yang membedakan
antara ilmu dan pengetahuan.
Menurut A. Susanto (2011: 77)
berpendapat bahwa ilmu membentuk daya intelegensia yang melahirkan adanya skill atau keterampilan yang bisa
memenuhi tuntutan kebutuhan sehari-hari. Ilmu adalah hasil dari pengetahuan,
dan pengetahuan adalah hasil tahu (ilmu) manusia terhadap suatu obyek yang
dihadapinya.
Berdasarkan pengertian para ahli di atas dapat diketahui bahwa ilmu merupakan hasil dari pengetahuan. Ilmu membentuk daya intelegensia yang melahirkan keterampilan. Dengan kata
lain ilmu itu adalah rangkaian aktivitas manusia yang dilaksanakan dengan
metode tertentu yang akhirnya
menghasilkan pengetahuan.
Obyek merupakan bentuk tidak baku dari objek. Objek menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), objek/ob·jek/ /objék/ n 1 hal, perkara, atau orang yang menjadi pokok pembicaraan; 2 benda, hal, dan sebagainya yang dijadikan sasaran untuk diteliti, diperhatikan, dan sebagainya. Menurut Surajiyo (2010: 7-9) dalam bukunya, objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari suatu penelitian atau pembentukan pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan pasti memiliki objek, yang dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal. Bila kita membicarakan tentang pengetahuan yang sistematis, pasti ada kejelasan mengenai objeknya. Objek dibedakan menjadi dua macam, yaitu objek material dan objek formal. Setiap ilmu mempunyai objek material dan objek formal masing-masing.
Salah satu ciri dari ilmu adalah bahwa
ilmu itu memilki objek penyelidikan. Objek penyelidikan dari ilmu terdiri dari
dua objek, yaitu objek materiil dan objek formal (A. Susanto, 2011: 78-79).
1. Objek material
Objek material adalah salah suatu hal
yang menjadi sasaran penyelidikan atau pemikiran
sesuatu yang dipelajari, baik berupa benda kongkret maupun abstrak.
a. Objek materiil
yang bersifat konkret
adalah objek yang secara fisik dapat terlihat dan terasa oleh alat
peraba. Objek yang termasuk kategori objek materiil konkret ini merupakan objek
yang paling banyak ditemui di sekeliling kita. Baik yang bernyawa atau yang
hidup maupun benda mati. Seperti
anjing, kucing, pohon,
batu, air, tanah dan
sebagainya.
b. Objek
materiil yang bersifat abstrak misalnya nilai-nilai, ide-ide, paham, aliran,
sikap, dan sebagainya.
Objek materiil berupa benda-benda
materiil maupun nonmateriil, bahkan bisa juga berupa hal-hal, masalah-masalah,
ide-ide, konsep- konsep. Jadi tidak terbatas apakah materiil konkret atau
abstrak.
Contoh: Manusia sebagai objek materiil, secara kuantitatif meliputi banyak jenis menurut ras, suku bangsa, jenis kelamin, dan sebagainya. Secara kualitatif meliputi kepribadian, ciri khas, karakter dan individualitasnya yang selanjutnya menjadi kompleks dalam setiap perilaku hidupnya. Contoh tersebut menunjukkan bahwa objek materiil memiliki segi yang jumlahnya tak terhitung. Sedangkan kemampuan akal fikir manusia bersifat terbatas. Oleh karena itu, dalam rangka memperoleh pengetahuan yang benar, dan pasti mengenai suatu objek maka perlu dilakukan pembatasan-pembatasan jenis objek, dan selanjutnya titik pandang artinya dari segi mana objek materiil itu diselidiki.
2.
Objek formal
Objek formal merupakan sudut pandang
atau cara memandang terhadap objek materiil, termasuk prinsip-prinsip yang
digunakan. Dalam hal ini berarti hakikat
esensi dari objek
materiilnya yang menjadi objek formal filsafat. Objek ini menjelaskan pentingnya arti, posisi,
dan fungsi objek di dalam ilmu pengetahuan. Dengan objek formal
ini akan ditentukan suatu
pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan.
Perbedaan antara objek material
dan objek formal:
a.
Objek formal filsafat ilmu tidak
terbatas pada apa yang mampu diindrawi saja, melainkan seluruh hakikat sesuatu baik yang nyata maupun yang abstrak.
b. Obyek material filsafat ilmu itu bersifat universal, yaitu segala sesuatu yang ada dan realistis, sedangkan objek formal filsafat ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris.
c. Objek material mempelajari secara langsung pekerjaan akal dan mengevaluasi hasil-hasil dari objek formal ilmu itu dan mengujinya dengan realisasi praktis yang sebenarnya. Sedangkan Obyek formal filsafat ilmu menyelidiki segala sesuatu itu guna mengerti sedalam dalamnya, atau mengerti obyek material itu secara hakiki, mengerti kodrat segala sesuatu itu secara mendalam. Obyek formal inilah sudut pandangan yang membedakan watak filsafat dengan pengetahuan, karena filsafat berusaha memahami sesuatu se-dalam dalamnya. Selanjutnya mempunyai kedudukan dan peran yang mutlak dalam menentukan suatu pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan, kemudian, ia menentukan jenis ilmu pengetahuan yang tergolong bidang studi apa, dan sifat ilmu pengetahuan yang tergolong kualitatif dan kuantitatif.
Jadi, objek formal filsafat ilmu adalah
esensi ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap
problem- problem mendasar ilmu pengetahuan seperti: apa hakikat ilmu itu
sesungguhnya? Bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah? Apa fungsi ilmu
pengetahuan itu bagi manusia? Problem-problem inilah yang dibicarakan dalam
landasan pengembangan ilmu pengetahuan, yakni landasan ontologis,
epistemologis, dan aksiologis.
Pendalaman analisa, terkait persoalan
mendasar mengenai objek formal yang menjadi esensi daripada ilmu pengetahuan,
sekaligus memiliki peran yang mutlak dalam menentukan suatu pengetahuan menjadi
ilmu pengetahuan. Akan tetapi tanpa adanya objek material tidak akan pula ada
sumber pengetahuan. Hal ini memberikan pernyataan, dan pemahaman bahwa objek
material dan objek formal merupakan satu-kesatuan yang utuh, tidak dapat
dipisahkan dalam bingkai aspek kefilsafatan.
C. Metode Pengembangan Ilmu
Metode
yang dimaksud disini
adalah suatu cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang benar.
Metode merupakan cara-cara penyelidikan yang bersifat keilmuan, yang sering
disebut metode ilmiah (scientific methods).
Metode ini perlu agar tujuan keilmuan yang berupa kebenaran objektif dan dapat
dibuktikan bisa tercapai. Dengan metode ilmiah, kedudukan pengetahuan berubah menjadi ilmu pengetahuan, yaitu
menjadi lebih khusus dan terbatas lingkup studinya.
Menurut Stefanus (2013, 52-53) Ilmu
dapat ditinjau dari sekumpulan pengetahuan ilmiah, sekumpulan aktivitas ilmiah,
metode ilmiah yang digunakan
untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah. Berikut ini merupakan perkembangan untuk
mendapatkan pengetahuan, dimulai dari yang tidak ilmiah menjadi metode ilmiah.
1. Common sense (akal sehat)
a. Berakar pada adat dan tradisi à menjadi kebiasaan dan pengulangan (landasan kurang kuat)
b. Cenderung kabur dan samar-samar.
c. Pengetahuan tidak teruji, karena kesimpulan biasanya ditarik dengan asumsi yang tidak diuji dulu.
d. Didukung metode trial and error serta pengalaman.
2. Seni
Applied art yang mempunyai kegunaan
langsung pada kehidupan badaniah dan fine art yang
dapat memperkaya kegunaan
spiritual. Sifat seni adalah
deskriptif dan fenomenologis serta ruang lingkupnya terbatas. Seni bersifat
subjektif, individual, dan personal. Oleh karena itu seni mencoba memberi makna
sepenuhnya terhadap suatu objek. Komunikasi merupakan inti dari seni.
3.
Rasionalisme
Pembuktian kebenaran pengetahuan
berdasarkan penalaran akal atau rasional atau menggunakan logika
dedukatif. Premis dan proposisi
sebelumnya menjadi acuan berpikir rasionalisme. Berpikir dari yang sifatnya
universal, kemudian mencoba melakukan kesimpulan pada fenomena yang sifatnya spesifik.
Kelemahan logika deduktif
ini, sering pengetahuan yang diperoleh tidak
sesuai dengan fakta,
sehingga sering diragukan
bagi kelompok induktivisme.
4. Empirisme
a. Jumlah observasi harus besar.
b. Observasi harus diulang-ulang pada variasi kondisi yang luas.
c. Keterangan observasi yang sudah diterima, tidak boleh bertentangan dengan hukum universal yang menjadi kesimpulan.
5.
Falsifikasionisme
Namun suatu fakta/fenomena baru dapat menolak teori yang sudah ada atau menggagalkan teori yang sudah ada. Kondisi ini dikenal dengan sebutan falsifikasi. Karl Popper pada tahun 1919-20an menjelaskan metode yang dapat digunakan untuk membantah dan menguji sebuah teori, dengan mendefinisikan kejadian atau fenomena apa yang tidak mungkin terjadi, jika pernyataan ilmiah tersebut memang benar.
6.
Relativisme
Pada relativisme, teori dikatakan baik
harus dinilai relatif dari segi standar yang diterima oleh masyarakat,
sedangkan standar itu secara tipikal akan berlainan sesuai dengan kultur dan
historis masyarakat masing-masing. Untuk itu pada akhir analisisnya perlu
pertimbangan aspek psikologis dan sosiologis.
7.
Pragmatis
John Dewey menyatakan bahwa tidak perlu
mempersoalkan kebenaran suatu pengetahuan, melainkan sejauh mana kita dapat
memecahkan persoalan yang timbul dalam masyarakat.
8.
Filsafat Ilmu
Filsafat meletakkan dasar-dasaf suatu
pengetahuan. Landasan berfikir filsafat menggunakan metode analisis dan
sintesis. Analisis pengetahuan yang dihasilkan dari berpikir rasionalisme dan empirisme,
kemudian dilakukan suatu
sistesis baru merupakan
kajian filsafat Ilmu. Filsafat ilmu juga mempelajari
metode setiap ilmu sehingga menghasilkan pengetahuan yang benar.
D. Metode Ilmiah
The Liang Gie, mendefinisikan metode
ilmiah sebagai prosedur yang dipergunakan oleh ilmuan dalam pencarian
sistematik terhadap pengetahuan baru dan peninjauan kembali pengetahuan yang
telah ada. Secara sederhana, metode ilmiah ialah posedur untuk mendapatkan
pengetahuan yang disebut ilmu. Metode ilmiah dibangun oleh pola prosedural,
tata langkah, teknik dan peranti alat ukur (Stefanus, 2013: 63- 64).
Unsur-unsur metode ilmiah ini dijabarkan sebagai berikut:
1. Pola prosedural (aktivitas indera dan logika)
a. Indera
1) Pengamatan
2) Percobaan
3) Pengukuran
4) Survai
b. Logika: Deduksi dan induksi
2. Tata langkah (tahapan riset)
a. Penentuan masalah
b. Perumusan masalah
c. Penetapan tujuan
d. Perumusan hipotesis
e. Pengumpulan data
f. Pengujian hasil
g. Penarikan kesimpulan
3. Tehnik
a. Observasi atau eksperimen
b. Perhitungan
c. Pengukuran antropometri
d. Nominal Group Technique
4. Piranti
a. Form observasi
b. Timbangan
c. Meteran
d. Komputer
Sedangkan menurut Suriasumantri menyatakan bahwa metode ilmiah merupakan prosedur (langkah sistematik) dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu pengetahuan. Metode ilmiah merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah yang sistematis. Metode ilmiah dengan beberapa sinonim, antara lain ialah metode kuantitatif dan kualitatif, metode deduksi dan induksi (Stefanus, 2013: 65).
1. Metode Kuantitatif
Metode
untuk mendapatkan ilmu yang mengutamakan bahan-bahan keterangan angka-angka, sehingga gejala-gejala yang
diteliti dapat diukur dengan mempergunakan skala-skala, indeks, tabel dan beberapa perhitungan ilmu pasti
(mencangkup statistik dan sociometry).
2. Metode Kualitatif
Metode untuk mendapatkan ilmu yang
lebih mengutamakan penggunaan analisa deskriptif mendalam dan mengesampingkan
angka-angka atau ukuran-ukuran lain yang bersifat eksak di dalamnya termasuk metode
historis, komparatif (membandingkan) dan case study
(studi kasus).
3.
Metode Deduktif
Metode-metode yang mempelajari suatu
gejala yang umum untuk memperoleh kaidah-kaidah yang berlaku dalam lapangan lebih khusus.
4. Metode Induktif
Metode yang mempelajari suatu gejala
yang khusus untuk memperoleh kaidah-kaidah yang berlaku dalam lapangan yang
lebih luas dan diambil generalisasinya.
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
Ilmu merupakan hasil dari pengetahuan.
Ilmu membentuk daya intelegensia yang melahirkan keterampilan. Dengan kata lain
ilmu itu adalah rangkaian aktivitas manusia yang dilaksanakan dengan metode
tertentu yang akhirnya menghasilkan pengetahuan. Objek adalah sesuatu yang
merupakan bahan dari suatu penelitian atau pembentukan pengetahuan. Setiap ilmu
pengetahuan pasti memiliki objek, yang dibedakan menjadi dua, yaitu objek
material dan objek formal. Bila kita membicarakan tentang pengetahuan yang
sistematis, pasti ada kejelasan mengenai objeknya. Objek dibedakan menjadi dua
macam, yaitu objek material dan objek formal. Objek material adalah salah suatu
hal yang menjadi sasaran penyelidikan atau pemikiran sesuatu yang dipelajari,
baik berupa benda kongkret maupun abstrak. Objek formal merupakan sudut pandang
atau cara memandang terhadap objek materiil, termasuk prinsip- prinsip yang
digunakan.
Ilmu dapat ditinjau dari sekumpulan
pengetahuan ilmiah, sekumpulan aktivitas ilmiah, metode ilmiah yang digunakan
untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah. Perkembangan untuk mendapatkan
pengetahuan dimulai dari akal sehat, seni, rasionalisme, empirisme, falsifikasionisme,
relativisme, pragmatis, filsafat ilmu. Metode ilmiah merupakan prosedur
(langkah sistematik) dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu pengetahuan.
Metode ilmiah merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang
mempunyai langkah yang sistematis. Metode ilmiah dengan beberapa sinonim,
antara lain ialah metode kuantitatif dan kualitatif, metode deduksi dan
induksi.
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. (2002).
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Supriyanto, Stefanus. (2013). Filsafat Ilmu. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Surajiyo. (2010). Filsafat Ilmu & Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Susanto A. (2011). Filsafat Ilmu Seuatu Kajian dalam Dimensi
Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara.
_ _ _ _ _ _ _
_ _ _ _ _ _ _ _
_ _ _ _ _ _ _
12
No comments